BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Asal usul adanya kehidupan di bumi masih terus diteliti
sampai sekarang. Penelitian itu bisa diibaratkan meneliti “duluan mana telur
atau ayam”. Ayam berasal dari telur dan telur juga berasal dari ayam. Terlepas
dari paham yang dianut oleh suatu agama tertentu, maka para ilmuwan mencoba
memecahkan misteri tersebut. Beberapa teori pun diungkapkan oleh beberapa tokoh
filsafat dan ilmuwan. Berikut ini adalah beberapa teori yang diungkapkan oleh
beberapa tokoh tersebut
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa saja teori-teori mengenai asal mula kehidupan
di bumi ?
1.3
Tujuan
1.
Menjelaskan teori-teori mengenai asal mula
kehidupan di bumi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Abiogenesis
Tokoh teori Abiogenesis adalah Aristoteles (384-322 SM).
Dia adalah seorang filosof dan tokoh ilmu pengetahuan Yunani Kuno. Teori
Abiogenesis ini menyatakan bahwa makhluk hidup yang pertama kali menghuni bumi
ini berasal dari benda mati.
Sebenarnya
Aristoteles mengetahui bahwa telur-telur ikan apabila menetas akan menjadi ikan
yang sifatnya sama seperti induknya. Telur-telur tersebut merupakan hasil
perkimpoian dari induk-induk ikan. Walau demikian, Aristoteles berkeyakinan
bahwa ada ikan yang berasal dari Lumpur.
Bagaimana
cara terbentuknya makhluk tersebut ? Menurut penganut paham abiogenesis,
makhluk hidup tersebut terjadi begitu saja atau secara spontan. Oleh sebab itu,
paham atau teori abiogenesis ini disebut juga paham generation spontaneae.
Jadi, kalau
pengertian abiogenesis dan generation spontanea kita gabungkan, maka pendapat
paham tersebut adalah makhluk hidup yang pertama kali di bumi tersebut dari
benda mati / tak hidup yang terjadinya secara spontan, misalnya :
1. ikan dan katak berasal dari Lumpur.
2. Cacing berasal dari tanah, dan
3. Belatung berasal dari daging yang membusuk.
2. Cacing berasal dari tanah, dan
3. Belatung berasal dari daging yang membusuk.
Paham
abiogenesis bertahan cukup lama, yaitu semenjak zaman Yunani Kuno (Ratusan
Tahun Sebelum Masehi) hingga pertengahan abad ke-17.
Pada
pertengahan abad ke-17, Antonie Van Leeuwenhoek menemukan mikroskop sederhana
yang dapat digunakan untuk mengamati benda-benda aneh yang amat kecil yang
terdapat pada setetes air rendaman jerami. Oleh para pendukung paham
abiogenesis, hasil pengamatan Antonie Van Leeuwenhoek ini seolah-olah
memperkuat pendapat mereka.
2.2 Teori
Biogenesis
Walaupun telah bertahan selama ratusan
tahun, tidak semua orang membenarkan paham abiogenesis. Orang –orang yang ragu
terhadap kebenaran paham abiogenesis tersebut terus mengadakan penelitian
memecahkan masalah tentang asal usul kehidupan. Orang-orang yang tidak puas
terhadap pandangan Abiogenesis itu antara lain Francesco Redi (Italia,
1626-1799), dan Lazzaro Spallanzani ( Italia, 1729-1799), dan Louis Pasteur
(Prancis, 1822-1895). Beredasarkan hasil penelitian dari tokoh-tokoh ini,
akhirnya paham Abiogenesis / generation spontanea menjadi pudar karena paham
tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
a) Percobaan Francesco Redi ( 1626-1697)
Untuk menjawab keragu-raguannya
terhadap paham abiogenesis, Francesco Redi mengadakan percobaan. Pada percobaannya
Redi menggunakan bahan tiga kerat daging dan tiga toples. Percobaan Redi
selengkapnya adalah sebagai berikut :
· Stoples I : diisi dengan sekerat
daging, ditutup rapat-rapat.
· Stoples II :diisi dengan sekerat
daging, dan dibiarkan tetap terbuka.
· Stoples III : disi dengan sekerat
daging, dibiarkan tetap terbuka.
Selanjutnya ketiga stoples tersebut
diletakkan pada tempat yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan daging dalam
ketiga stoples tersebut diamati.
Dan hasilnya sebagai berikut:
· Stoples I : daging tidak busuk dan
pada daging ini tidak ditemukan jentik / larva atau belatung lalat.
· Stoples II : daging tampak membusuk
dan didalamnya ditemukan banyak larva atau belatung lalat.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut,
Francesco redi menyimpulkan bahwa larva atau belatung yang terdapat dalam
daging busuk di stoples II dan III bukan terbentuk dari daging yang membusuk,
tetapi berasal dari telur lalat yang ditinggal pada daging ini ketika lalat
tersebut hinggap disitu. Hal ini akan lebih jelas lagi, apabila melihat keadaan
pada stoples II, yang tertutup kain kasa. Pada kain kasa penutupnya ditemukan
lebih banyak belatung, tetapi pada dagingnya yang membusuk belatung relative
sedikit.
B) percobaan Lazzaro Spallanzani ( 1729-1799)
Seperti halnya Francesco Redi,
Spallanzani juga menyangsikan kebenaran paham abiogeensis. Oleh karena itu, dia
mengadakan percobaan yang pada prinsipnya sama dengan percobaan Francesco Redi,
tetapi langkah percobaan Spallanzani lebih sempurna.
Sebagai bahan percobaannya, Spallanzani
menggunakan air kaldu atau air rebusan daging dan dua buah labu. Adapun
percoban yang yang dilakukan Spallanzani selengkapnya adalah sebagai berikut :
· Labu I : diisi air 70 cc air kaldu,
kemudian dipanaskan 15oC selama beberapa menit dan dibiarkan tetap terbuka.
· Labu II : diisi 70 cc air kaldu,
ditutup rapat-rapat dengan sumbat gabus. Pada daerah pertemuan antara gabus
dengan mulut labu diolesi paraffin cair agar rapat benar. Selanjutnya, labu
dipanaskan.selanjutnay, labu I dan II didinginkan. Setelah dingin keduanya
diletakkan pada tempat terbuka yang bebas dari gangguan hewan dan orang.
Setelah lebih kurang satu minggu, diadakan pengamatan terhadap keadaan air
kaldu pada kedua labu tersebut.
Hasil percobaannya adalah sebagai
berikut :
· Labu I : air kaldu mengalami
perubahan, yaitu airnya menjadi bertambah keruh dan baunya menjadi tidak enak.
Setelah diteliti ternyata air kaldu pada labu I ini banyak mengandung mikroba.
· Labu II : air kaldu labu ini tidak
mengalami perubahan, artinya tetap jernih seperti semula, baunya juga tetap
serta tidak mengandung mikroba. Tetapi, apabila labu ini dibiarkan terbuka
lebih lama lagi, ternyata juga banyak mengandung mikroba, airnya berubah
menjadi lebih keruh serta baunya tidak enak (busuk).
Berdasarkan hasil percobaan tersebut,
Lazzaro Spallanzani menyimpulkan bahwa mikroba yang ada didalam kaldu tersebut
bukan berasal dari air kaldu (benda mati), tetapi berasal dari kehidupan
diudara. Jadi, adanya pembusukan karena telah terjadi kontaminasi mikroba darimudara
ke dalam air kaldu tersebut.
Pendukung paham Abiogenesis menyatakan
keberatan terhadap hasil eksperimen Lazzaro Spallanzani tersebut. M,enurut
mereka untuk terbentuknya mikroba (makhluk hidup) dalam air kaldu diperlukan
udara. Dengan pengaruh udara tersebut terjadilah generation spontanea.
c) Percobaan Louis Pasteur (1822-1895)
Dalam menjawab keraguannya terhadap
paham abiogenesis. Pasteur melaksanakan percobaan untuk menyempurnakan
percobaan Lazzaro Spallanzani. Dalam percobaanya, Pasteur menggunakan bahan air
kaldu dengan alat labu. Langkah-langkah percobaan Pasteur selengkapnya adalah
sebagai berikut :
· Langkah I : labu disi 70 cc air
kaldu, kemudian ditutup rapat-rapat dengan gabus. Celah antara gabus dengan
mulut labu diolesi dengan paraffin cair. Setelah itu pada gabus tersebut
dipasang pipa kaca berbentuk leher angsa. Lalu, labu dipanaskan atau
disterilkan.
· Langkah II : selanjutnya labu
didinginkan dan diletakkan ditempat yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan
air kaldu diamati. Ternyata air kaldu tersebut tetep jernih dan tidak
mengandung mikroorganisme.
· Langkah III : labu yang air kaldu
didalamnya tetap jernih dimiringkan sampai air kaldu didalamnya mengalir
kepermukaan pipa hingga bersentuhan dengan udara. Setelah itu labu diletakkan
kembali pada tempat yang aman selama beberapa hari. Kemudian keadaan air kaldu
diamati lagi. Ternyata air kaldu didalam labu menjadi busuk dan banyak
mengandung mikroorganisme.
Melalui pemanasan terhadap perangkat
percobaanya, seluruh mikroorganisme yang terdapat dalam air kaldu akan mati.
Disamping itu, akibat lain dari pemanasan adalah terbentuknya uap air pada pipa
kaca berbentuk leher angsa. Apabila perangkat percobaan tersebut didinginkan,
maka air pada pipa akan mengembun dan menutup lubang pipa tepat pada bagian
yang berbentuk leher. Hal ini akan menyebabkan terhambatnya mikroorganisme yang
bergentayangan diudara untuk masuk kedalam labu. Inilah yang menyebabkan tetap
jernihnya air kaldu pada labu tadi.
Pada saat sebelum pemanasan, udara
bebas tetap dapat berhubungan dengan ruangan dalam labu. Mikroorganisme yang
masuk bersama udara akan mati pada saat pemanasan air kaldu.
Setelah labu dimiringkan hingga air
kaldu sampai kepernmukan pipa, air kaldu itu akan bersentuhan dengan udara
bebas. Disini terjadilah kontaminasi mikroorganisme. Ketika labu dikembalikan
keposisi semula (tegak), mikroorganisme tadi ikut terbawa masuk. Sehingga,
setelah labu dibiarkan beberapa beberapa waktu air kaldu menjadi akeruh, karena
adanya pembusukan oleh mikrooranisme tersebut. Dengan demikian terbuktilah
ketidak benaran paham Abiogenesis atau generation spontanea, yangmenyatakan
bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati yang terjadi secara spontan.
Berdasarkan hasil percobaan Redi,
Spallanzani, dan Pasteur tersebut, maka tumbanglah paham Abiogenesis, dan
munculah paham/teori baru tentang asal usul makhluk hidup yang dikenal dengan
teori Biogenesis. Teori itu menyatakan :
1. omne vivum ex ovo = setiap makkhluk
hidup berasal dari telur.
2. Omne ovum ex vivo = setiap telur berasal dari makhluk hidup, dan
3. Omne vivum ex vivo = setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.
2. Omne ovum ex vivo = setiap telur berasal dari makhluk hidup, dan
3. Omne vivum ex vivo = setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.
Walaupun Louis Pasteur dengan
percobaannya telah berhasil menumbangkan paham Abiogenesis atau generation
spontanea dan sekaligus mengukuhkan paham Biogenesis, belum berarti bahwa
masalah bagaimana terbentuknya makhluk hidup yang pertama kali terjawab.
2.3 Teori
Urey/Evolusi Kimia
Ketidakpuasan para Ilmuwan terhadap
apa yang dikemukakan para tokoh teori Abiogenesis maupun Biogenesis mendorong para
Ilmuwan lain untuk terus mengadakan penelitian tentang asal usul kehidupan.
Antara pakar-pakar tersebut antara lain :Harold Urey, Stanley Miller, dan
A.I.Oparin. mereka berpendapat bahwa organisme terbentuk pertama kali di bumi
ini berupa makhluk bersel satu. Selanjutnya makhluk tersebut mengalami evolusi
menjadi berbagai jenis makhluk hidup seperti Protozoa, Porifera, Coelenterata,
Mollusca, dan lain-lain.
Para pakar biologi, astronomi, dan
geologi sepakat, bahwa planet bumi ini terbentuk kira-kira antara 4,5-5 miliar
tahun yang lalu. Keadaan pada saat awal terbentuknya sangat berbeda denagn
keadaan pada saat ini. Pada saat itu suhu planet bumi diperkirakan
4.000-8.000oC. pada saat mulai mendingin, senyawa karbon beserta abeberapa
unsur logam mengembun membentuk inti bumi, sedangkan permukaannya tetap
gersang, tandus, dan tidak datar. Karena adanya kegiatan vulkanik, permukaan
bumi yang masih lunak tersebut bergerak dan berkerut terus menerus. Ketika
mendingin, kulit bumi tampak melipat-lipat dan pecah.
Pada saat itu, kondisi atmosfer bumi
juga berbeda denagn kondisi saat ini. Gas-gas ringan seperti Hidrogen (H2),
Nitrogen (N2), Oksigen (O2), Helium (He), dan Argon (Ar) lepas meninggalkan
bumi akrena gaya gravitasi bumi tidak mampu manahannya. Dia atmosfer juga
terbentuk senaywa-senyawa sederhana yang mengandung unsure-unsur tersebut,
seperti uap air (H2O), Amonia (NH3), Metan (CH4), dan Karbondioksida (CO2).
Senyawa sederhana tersebut tetap berbentuk uap dan tertahan dilapisan atas
atmosfer. Ketuika suhu atmosfer turun sekitar 100oC terjadilah hujan air
mendidih. Peristiwa ini berlangsung selama ribuan tahun. Dalam keadaan semacam
ini pasti bumi saat itu belum dihuni kehidupan. Namun, kondisi semacam itu
memungkinkan berlangsungnya reaksi kimia, karena teredianya zat (materi) dan
energi yang berlimpah.
Timbul pertanyaan, bagaimana proses
terjadinya kehidupan dibumi ini ? Pwertanyaan inilah yang mendorong beberapa
Ilmuwan untuk mengemukakan pendapat serta melakukan experiment. Di antara
Ilmuwan tersebut antara lain Harold Urey dan Stanley Miller.
A) Teori Evolusi Kimia Menurut Harold Urey (1893)
Harold Urey adalah ahli Kimia
berkebangsaan Amerika Serikat. Dia menyatakan bahwa pada suatu saat atmosfer
bumi kaya akan molekul zat seperti Metana (CH4), Uap air (H2O), Amonia(NH2),
dan karbon dioksida (CO2) yang semuanya berbentuk uap. Karena adanya pengaruh
energi radiasi sinar kiosmis serta aliran listrik halilintar terjadilah reaksi
diantara zat-zat tersebut menghasilkan zat-zat hidup. Teori evolusi Kimia dari
Urey tersebut biasa dikenal dengan teori Urey.
Menurut Urey, zat hidup yang pertama
kali terbentuk mempunyai susunan menyerupai virus saat ini. Zat hidup tersebut
selama berjuta-juta tahun mengalami perkembangan menjadi berbagai jenis makhluk
hidup. Menurut Urey, terbentuknya makhluk hidup dari berbagai molekul zat di
atmosfer tersebut didukung kondisi sebagai berikut :
a) kondisi 1 : tersedianya
molekul-molekul Metana, Amonia, Uap air, dan hydrogen yang sangat banyak di
atmosfer bumi
b) kondisi 2 : adanya bantuan energi
yang timbul dari aliran listrik halilintar dan radiasi sinar kosmis yang
menyebabkan zat-zat tersebut bereaksi membentuk molekul zat yang lebih besar,
c) kondisi 3 : terbentuknya zat hidup
yang paling secerhana yang susunan kimianay dapat disamakan dengan susunan
kimia virus, dan
d) kondisi 4 : dalam jangka waktu yang
lama (berjuta-juta tahun), zat idup yang terbentuk tadi berkembang menjadi
sejenis organisme (makhluk hidup yang lebih kompleks).
B) Eksperimen Stanley Miller
Miller adalah murid Harold Urey yang
juga tertarik terhadap masalah asal usul kehidupan. Didasarkan informasi
tentang keadaan planet bumi saat awal terbentuknya, yakni tentang keadaan suhu,
gas-gas yang terdapat pada atmosfer waktu itu, dia mendesain model alat
laboratorium sederhana yang dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis Harold
Urey.
Kedalam alat yang diciptakannya,
Miller memasukan gas Hidrogen, Metana, Amonia, dan Air. Alat tersebut juaga
dipanasi selama seminggu, sehingga gas-gas tersebut dapat bercampur didalamnya.
Sebagai pengganti energi aliran listrik halilintar, Miller mengaliri perangkat
alat tersebut dengan loncatan listrik bertegangan tinggi. Adanya aliran listrik
bertegangan tinggi tersebut menyebabkan gas-gas dalam alat Miller bereaksi
membentuk suatu zat baru. Kedalam perangkat juga dilakukan pendingin, sehingga
gas-gas hasil reaksi dapat mengembun.
Pada akhir minggu, hasil pemeriksaan
terhadap air yang tertampung dalam perangkap embun dianalisis secar kosmografi.
Ternyata air tersebut mengandung senyawa organic sederhana, seperti asam amino,
adenine, dan gula sederhana seperti ribose. Eksperimen Miller ini dicoba
beberapa pakar lain, ternyata hasilnya sama. Bial dalam perangkat eksperimen
tersebut dimasukkan senyawa fosfat, ternyata zat-zat yang dihasilkan mengandung
ATP, yakni suatu senyawa yang berkaitan dengan transfer energi dalam kehidupan.
Lembaga penelitian lain, dalam penelitiannya menghasilkan senyawa-senyawa
nukleotida.
Nukleotida adalah suatu senyawa
penyusun utama ADN (Asam Deoksiribose Nukleat) dan ARN (Asam Ribose Nukleat),
yaitu senyawa khas dalam inti sel yang mengendalikan aktivitas sel dan
pewarisan sifat.
Eksperimen Miller dapat memberiakn
petunjuk bahwa satuan- satuan kompleks didalam sistem kehidupan seperti Lipida,
Karbohidrat, Asam Amino, Protein, Mukleotida dan lain-lainnya dapat terbentuk
dalam kondisi abiotik. Teori yang terus berulang kali diuji ini diterima para
ilmuwan secara luas. Namun, hingga kini masalah utama tentang asal-usul
kehidupan tetap merupakan rahasia alam yang belum terjawab. Hasil yang mereka
buktikan barulah mengetahui terbentuknya senyawa organik secara bertahap, yakni
dimulai dari bereaksinya gas-gas diatmosfer purba dengan energi listrik
halilintar. Selanjutnay semua senyawa tersebut bereaksi membentuk senyawa yang
lebih kompleks dan terkurung dilautan. Akhirnya membentuk senyawa yang
merupakan komponen sel.
2.4 Teori
Biologi/Teori Naturalistik
Alexander Oparin adalah Ilmuwan Rusia.
Didalam bukunya yang berjudul The Origin of Life(Asal Usul Kehidupan). Oparin menyatakan
bahwa paad suatu ketika atmosfer bumi kaya akan senyawa uap air, CO2, CH4, NH3,
dan Hidrogen. Karena adanya energi radiasi benda-benda angkasa yang amat kaut,
seperti sinar Ultraviolet, memungkinkan senyawa-senyawa sederhana tersebut
membentuk senyawa organik atau senyawa hidrokarbon yang lebih kompleks. Proses
reaksi tersebut berlangsung di lautan.
Senyawa kompleks yang mula-mula
terbentuk diperkirakan senyawa aseperti Alkohol (H2H5OH), dan senyawa asam
amino yang paling sederhana. Selama berjuta-juta tahun, senyawa sederhana
tersebut bereaksi membenrtk senyawa yang lebih kompleks, Gliserin, Asam
organik, Purin dan Pirimidin. Senyawa kompleks tersebut merupakan bahan
pembentuk sel.
Menurut Oparin senyawa kompleks
tersebut sangat berlimpah dilautan maupun di permukaan daratan. Adanya energi
yang berlimpah, misalnya sinar Ultraviolet, dalam jangka waktu yang amat
panjang memungkinkan lautan menjadi timbunan senyawa organik yang merupakan sop
purba atau Sop Primordial.
Senyawa kompleks yang tertimbun
membentuk sop purba di lautan tersebut selanjutnya berkembang sehingga memiliki
kemampuan dan sifat sebagai berikut :
A. memiliki sejenis membran yang mampu
memisahkan ikatan-ikatan kompleks yang terbentuk dengan molekul-molekul organik
yang terdapat disekelilingnya;
B. memiliki kemampuan untuk menyerap
dan mengeluarkan molekil-molekul dari dan ke sekelilingnya;
C. memiliki kemampuan untuk
memanfaatkan molekul-molekul yang diserap sesuai denagn pola-pola ikatan
didalamnya;
D. mempunyai kemampuan untuk
memisahkan bagian-bagian dari ikatan-ikatannya. Kemampuan semacam ini oleh para
ahli dianggap sebagai kemampuan untuk berkembang biak yang pertama kali.
Senyawa kompleks dengan sifat-sifat
tersebut diduga sebagai kehidupan yang pertamakali terbentuk. Jadi senyawa
kompleks yang merupakan perkembangan dari sop purba tersebut telah memiliki
sifat-sifat hidup seperti nutrisi, ekskresi, mampu mengadan metabolisme, dan
mempunayi kemampuan memperbanyak diri atau reproduksi.
Walaupun dengan adanya senyawa-senyawa
sederhana serta energi yang berlimpah sehingga dilautan berlimpah senyawa
organik yang lebih kompleks, namun Oparin mengalami kesulitan untuk menjelaskan
mengenai mekanisme transformasi dari molekul-molekul protein sebagai abenda tak
hidup kebenda hidup. Bagaimana senyawa-senyawa organik sop purba tersebut dapat
memiliki kemampuan seperti tersebut diatas ? Oparin menjelaskan sebagai berikut
:
Protein sebagai senyawa yang bersifat
Zwittwer Ion, dapat membentuk kompleks koloid hidrofil (menyerap air), sehingga
molekul protein tersebut dibungkus oleh molekul air. Gumpalan senyawa kompleks
tersebut dapat lepas dari cairan dimana dia berada dan membentuk emulsi.
Penggabunagn struktur emulsi ini akan menghasilkan koloid yang terpiah dari
fase cair dan membentuk timbuna gumpalan atau Koaservat.
Timbunan Koaservat yang kaya berbagai
kompleks organik tersebut memungkinkan terjadinya pertukaran substansi dengan
lingkungannya. Di samping itu secara selektif gumpalan Koaservat tersebut
memusatkan senyawa-senyawa lain kedalamnya terutama Kristaloid. Komposisi
gumpalan koloid tersebut bergantung kepada komposisi mediumnya. Dengan
demikian, perbedaan komposisi medium akan menyebabkan timbulnya variasi pada
komposisi sop purba. Variasi komposisi sop purba diberbagai areal akan mengarah
kepada terbentuknya komposisi kimia Koaservat yang merupakan penyedia bahan
mentah untuk proses biokimia.
Tahap selanjutnya substansi didalam
Koaservat membentuk enzim. Di sekeliling perbatasan antara Koaservat dengan
lingkungannya terjadi penjajaran molekul-molekul Lipida dan protein sehingga
terbentuklah selaput sel primitif. Terbentuknya selaput sel primitif ini
memungkinkan memberikan stabilitas pada koaservat. Dengan demikian, kerjasama
antara molekul-molekul yang telah ada sebelumnya yang dapat mereplikasi diri
kedalam koaservat dan pengaturan kembali Koaservat yang terbungkus lipida amat
mungkin akan menghasilkan sel primitif.
Kemampuan koaservat untuk menyerap
zat-zat dari medium memungkinkan bertambah besarnya ukuran koaservat. Kemungkinan
selanjutnya memungkinkan terbentuknya organisme Heterotropik yang mampu
mereplikasi diri dan mendapatkan bahan makanan dari sop Primordial yang kaya
akan zat-zat organik.
Teori evolusi biologi ini banyak
diterima oleh para Ilmuwan. Namun, tidak sedikit Ilmuwan yang membantah tentang
interaksi molekul secara acak yang dapat menjadi awal terbentuknya organisme
hidup.
Teori evolusi kimia dan teori evolusi
biologi banyak pendukungnya, namun baru teori evolusi kimia yang telah
dibuktikan secara eksperimental, sedangkan teori evolusi biologi belum ada yang
menguji secara eksperimental.
Seandainya apa yang dikemukakan dua
teori tersebut benar, tetapi belum mampu menjelaskan bagaimana dan dari mana
kehidupan diplanet bumi ini pertama kali muncul. Yang perlu diingat adalah
bahwa kehidupan adalah tidak hanya menyangkut masalah replikas; (penggandaan
diri) atau masalah kehidupan biologis saja, tetapi juga menyangkut masalah
kehidupan rohani. Tentang teori asal usul kehidupan yang menyatakan organisme
pertamakali terbentuk dilautan bisa dipahami dari sudut biologi, karena
molekul-molekul organik yang merupakan sop purba itu tertumpuk di laut.
2.5 Teori
Kosmozoa
Teori kosmozoa menerangkan bahwa
kehidupan berasal dari tempat lain di alam semesta, misalnya dari meteor yang
jatuh. Beberapa meteor memang mengandung molekul-molekul organik, namun
datangnya molekul di meteor tsb dari luar angkasa tidak sama dengan datangnya
kehidupan. Meskipun molekul organik dapat menahan ganasnya ruang antar-planet
dan perjalanan melalui atmosfer bumi. Contoh lain adalah kehidupan di Bumi
berasal dari kehidupan di luar angkasa. hal tersebut diperkuat dengan hasil
penelitian dari peninggalan peradaban inca. pada peninggalan itu terdapat
piramid yg diatasnya terdapat hiasan tembikar dewa dan pesawat serta
penanggalan model tata surya matahari yg sangat teliti.Namun teori kosmozoa
sebenarnya tidak menjawab pertanyaan mengenai asal-usul kehidupan.
2.6 Teori
Penciptaan Khusus
Teori ini menyatakan bahwa segala
sesuatu diciptakan oleh Tuhan. segala spesies makhluk hidup yg sekarang sudah
ada sejak dahulu dan diciptakan sendiri-sendiri sebagaimana adanya saat
ini.kelemahan teori ini adalah minimnya data dan bukti adanya penciptaan
manusia dan tidak dapat dibuat eksperimentnya.tentunya teori ini dianut oleh
para orang-orang yg beriman kepada Tuhan dan sepertinya kurang sejalan dengan
teori-teori yg lain
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
masing-masing para ahli ilmu pengetahuan alam memiliki pandangan yang
berbeda-beda mengenai asal usul kehidupan sesuai dengan eksperiment-eksperiment
yang telah dilakukan .masing-masing pendapat tersebut didasarkan oleh percobaan
yang telah dibuktikan sendiri oleh para ahli . dan berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan tersebut, masing-masing memiliki kelemahan ,sehingga masing-masing
teori yang dipaparkan saling melengkapi
Daftar Pustaka
( diakses pada tanggal 13 Oktober 2014 jam
09.00 WIB )
http://www.astronomi.us/2010/12/beberapa-teori-ilmiah-tentang-asal-usul-kehidupan-di-
bumi.html ( diakses pada tanggal 13 Oktober 2014 jam 09.00 WIB )
( diakses pada tanggal 13 Oktober 2014 jam 09.00 WIB )